Senin, 21 Maret 2011

AIRBORNE DISEASE

MUMPS ?? GONDONG ??

A. Pendahuluan

• Pengertian
Gondong merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus gondong atau Paramyxovirus A, virus ini termasuk golongan virus RNA. Merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus, di masyarakat Indonesia penyakit ini disebut gondongen atau radang kelenjar gondok. Bentuk virus ini kapsid dan mempunyai virion atau beramplup. Ukuran virionnya mencapai 150 – 300 nm. Virus Paramycoviridae termasuk dalam genus Rubulavirus. Kelenjar yang diserang adalahkelenjar parotis, sublingualis, submandibularis.

• Masa Inkubasi
Masa tunas/inkubasi: 12-26 hari (≈18 hari), Sedangkan masa tular/infektivitinya 2-4 hari sebelum pembengkakan parotis & 9 hari sesudah pembengkakannya mulai.

• Penularan
Virus ini ditularkan melalui udara. Gondong ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus gondong yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke udara oleh seseorang yang dapat menularkan penyakit. Virus gondong juga ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi. Penderita gondong dapat menularkan penyakit sampai tujuh hari sebelum dan sembilan hari setelah mulai pembengkakan kelenjar liur. Penularan maksimum terjadi antara 2 hari sebelum dan 4 hari setelah gejala timbul. Waktu dari saat eksposur pada virus ini dan jatuh sakit dapat berkisar antara 12 sampai 25 hari tetapi paling umum dari 16 sampai 18 hari.

B. Epidemiologi Mumps

• Frekuensi ( Besarnya Masalah )

Mumps merupakan jenis penyakit yang mudah menular melalui kontak langsung & droplet dari air liur atau sekresi lain pada nasofaring. Pada populasi endemik 85% kasus terjadi pada anak < 15 tahun, biasanya 5 – 10 thn. Dikirakan sampai 40% kasus subklinis maka sulit mencari kasus sumber/indeks • Distribusi Penyakit Mumps adalah penyakit yang jarang ditemukan jika dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain yang umum menyerang anak seperti campak, cacar air, walaupun jarang terjadi namun pada masyarakat yang tidak diimunisasi, dalam suatu penelitian ditemukan 85% diantara mereka sampai dewasa sudah pernah mengalami infeksi virus mumps. Kira-kira sepertiga mereka yang rentan yang terpajan dengan infeksi virus mumps merupakan infeksi tanpa gejala. Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak-anak usia di bawah 2 tahun bersifat subklinis. Penyakit ini paling sering muncul pada musim dingin dan musim semi. Di AS, insidensi mumps menurun secara drastis sejak vaksinasi terhadap mumps dilakukan secara luas. Vaksin mumps pertama kali diijinkan beredar di AS pada tahun 1967. penurunan ini terjadi pada semua umur, namun dengan tingginya cakupan imunisasi pada bayi, maka infeksi virus mumps bergeser pada usia anak yang lebih tua, adolescents dan dewasa muda. KLB yang terjadi pada tahun 1980 disebabkan rendahnya cakupan imunisasi terhadap mumps, sehingga yang terserang adalah mereka yang tidak diimunisasi. Sedangkan KLB yang terjadi belakangan ini terjadi pada masyarakat yang cakupan imunisasinya tinggi. Selama tahun 1990-an insidensi tahunan mumps menurun secara pasti. Dan pada tahun 1997 di seluruh AS hanya dilaporkan kurang dari 700 kasus setahun. . 
• Faktor Resiko Faktor resiko terserang mumps adalah siapa saja yang berada dalam kontak dengan gondong yang dapat menular dapat terkena gondong, kecuali jika telah terinfeksi pada masa lalu atau telah diimunisasi. 
C. Gejala Klinis dan Komplikasi 
• Gejala Klinis 
1. Stadium Prodrom: 1-2 hari 
• Febris sedang, anorexia, nyeri otot umum
• Nyeri didalam atau dibelakang telinga kalau mengunyah atau menelan 
• Terkadang diserta nyeri kepala, mual/muntah & kaku kutuk 

2. Stadium Pembengkakan: (7-9 hari) 
• Kelenjar parotid makin nyeri & mulai bengkak unilateral kemudian sering menjadi bilateral sampai hari 3-4 pembengkakan lalu mulai mereda selama 1 minggu.

• Kulit diatas parotid erithema & mungkin edema 

• Pembengkakan parotid di daerah depan telinga, diatas otot maseter & di cekungan belakang liang telinga didepan mastoideus. Telinga bagian bawah terangkat keatas & ke depan oleh pembengkakan. 

• Trismus bisa sangat berat & nyeri bila menggigit. Gejala umum gondong adalah demam, hilang nafsu makan, lelah dan sakit kepala diikuti dengan pembengkakan dan rasa sakit pada kelenja liur. Satu atau lebih banyak kelenjar liur parotid (yang terletak dalam pipi, dekat garis rahang, di bawah telinga) paling sering terlibat. Hampir sepertiga dari orang yang terinfeksi tidak memperlihatkan gejala apapun. Gondong biasanya suatu penyakit yang lebih parah di kalangan penderita yang terinfeksi setelah akil balig. 

• Komplikasi Mumps 
1. Meningitis: 10%, Nyeri kepala, meningismus, febris, mual/muntah, kasus ringan 
2. Enkefalitis: 5:1000, 3 – 5X ♂ , Gejala & hasil liquor spinalis seperti enkefalo-meningitis virus lain (ringan) 
3. Orkitis: Mulai 1 minggu setelah parotitis. 20 – 30% anak lelaki postpuber, mendadak dengan nyeri & mual/muntah. Biasanya unlateral, nyeri, erithema & bengkak pada testis kemudian atropi pada 35%. Pada kasus E-O unilateral, jarang terjadi sterilitas. 
4. Keguguran/abortus spontan: Infeksi pada trimester pertama dapat menyebab abortus spontan pada 27% kasus. 
5. Pankreatitis: 1:30 Biasanya pada remaja & dewasa, nyeri epigastrum, Febris lagi, mual/muntah 
6. Tuli Unilateral: Jarang (Ada yang melapor sampai 6%,) mulai dengan tinitus, ataxia & mual/muntah. 
7. Miokarditis (13% kasus dewasa: ST depresi di EKG) 
8. Mastitis, Nefritis, Arthritis, Thyroditis, Dacrio-adenitis, Neuritis Optica 

D. Pencegahan dan Pengendalian
• Pencegahan 
1. Vaksin MMR melindungi terhadap gondong, campak dan rubela dan merupakan bagian dari jadwal vaksinasi standar. Vaksin MMR harus diberikan kepada anak-anak pada usia 12 bulan dan sekali lagi pada usia empat tahun. Jenis vaksin yang digunakan adalah vakis hiduo yang dilemahkan. Lebih dari 90 % menghasilkan antibodi. 
2. Orang yang lahir setelah tahun 1965 harus memastikan bahwa telah menerima dua dosis vaksin MMR 
3. Diberikan booster pada umur 4 – 6 tahun atau 12 tahun. 
4. Berikan penyuluhan kepada masyarakat, Anjurkan masyarakat untuk mengimunisasikan anak-anak mereka yang berusia di atas satu tahun. 

•Pengendalian Agar tidak menjadi wabah, maka yang dapat dilakukan adalah mengisolasi penderita gondong selama sembilan hari di dalam rumah setelah pembengkakan mulai untuk membantu menghentikan virus dari sampai ke orang lain. 

E. Pengobatan 
1. Simptomatis, ibuprofen, paracetamol untuk nyeri dan febris. Istirahat sesuai keingingan pasien
2. Boleh kompres pembengkakan dengan hangat atau dingin 
3. Diet sesuai selera, dengan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung yodium tinggi. 

F. Penanganan Penderita 
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: laporan bersifat selektif 
2) Isolasi: Lakukan isolasi terhadap saluran pernafasan dan sediakan ruangan khusus selama 9 hari setelah timbulnya parotitis apabila disekitar mereka banyak orang yang rentan (tidak diimunisasi). 
3) Disinfeksi serentak: Lakukan disinfeksi terhadap semua barang-barang yang tercemar oleh sekret hidung dan tenggorokan. 
4) Karantin, selama 12-25 hari setelah terserang. 
5) Imunisasi kontak: Walaupun pemberian imunisasi setelah seseorang terpajan tidak melindungi mereka untuk menjadi sakit. Namun terhadap kontak yang telah diimunisasi yang kemudian tidak sakit maka pemberian imunisasi ini akan melindungi mereka terhadap infeksi berikutnya. Pemberian IG (Immune Globulin) tidak efektif dan tidak dianjurkan. 
6) Investigasi terhadap kontak dan sumber penularan infeksi: cari orang-orang yang rentan dan kepada mereka harus diimunisasi  
Referensi
Kandun, I Nyoman. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular.Jakarta.


Nama: Wisudani Izza Amartha
NIM : E2A009104
Regular 1 FKM UNDIP

Kamis, 17 Maret 2011

ALL ABOUT BALANTIDIASIS

ALL ABOUT BALANTIDIASIS DISEASE
A. PENDAHULUAN

Balantidiasis adalah suatu penyakit disentri yang disebabkan oleh Balantadium coli. Balantidium coli adalah parasit jenis ciliate yang bersel tunggal.

• Morfologi

Parasit Balantidium coli mempunyai bentuk tropozoit ( vegetativ ) dan bentuk krista. Bentuk trpoozoit adalah lonjong, berukuran 60 – 70 mikron dan mempunyai dua inti. Bentuk vegetatif bergerak dengan bulu getar yang pendek di seluruh permukaan sel. Pada bagian depan terdapat lubang dengan saluran sederhana yang berfungsi sebagai mulut dengan buluh getar lebih panjang untuk mengambil makanan.
Pada balantidium yang berbentuk kista, bentuk tubuhnya lonjong dan berdinding tebal dan berlapis dua dan diantar dua lapisan dinding tersebut terdapat cilia namun dapat menghilang bila dalam bentuk yang matang. Dan berukuran 45 – 65 mikron. Bentuk kista hanya mempunyai makronukleus, kista yang hidup masih mempunyai bulu getar yang masih bergerak. Kista tidak tahan kering, sedangkan dalam tinja yang basah kista dapat tahan berminggu-minggu.

• Siklus hidup

Protozoa genus Balantidium merupakan protozoa yang yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Protozoa ini merupakan protozoa yang terbesar. Habitat parasit ini adalah didalam usus besar pada hewan dan manusia. Balantidium Kista hidup didalam tinja dapat hidup 1 – 2 hari pada suhu kamar. Parasit ini hidup di selaput lendir usus besar terutama di daera sekum. Bentuk kista ini adalah bentuk infektif. Bila bentuk kista tertelan terjadi ekskistasi di dinding usus halus. Dari satu keluar satu bentuk vegetatif yang segera berkembangbiak dan membentuk koloni di selaput lendir usus besar. Setelah itu balantidium berkembang dan dewasa lalu bertelur. Bentuk kista dan bentuk vegetatif keluar bersama tinja hospes. Trafozoit dapat menembus dinding usus dan ikut mengalir bersama aliran darah menuju organ – organ lain misalnya ke pulmo ( paru – paru ), liver dan enchephalon ( otak ). Lalu memperbanyak diri di ekstraintestinal. Lalu membentuk sista infektif dan megeluarkannya bersama feses.

• Reproduksi
Mula – mula mikronukleus yang membelah diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga menjadi dua organisme yang baru. Kadang – kadang tampak pertukaran kromatin ( konjugasi ). Reproduksi berlangsung seksual dan aseksual.
Perkembang biakan secara aseksual yaitu dengan belah pasang, yaitu dengan membelah jadi dua parasit yang sama bentuknya. Hanya terjadi bila situasi kurang menguntungkan. Misalnya tidak ada pejantan. Perkembangbiakan secara seksual terjadi pada pembiakan ini dibentuk sel kelamin, yaitu makrogametosit dan mikrogametosit yang kemudian membelah membentuk makrogamet dan mikrogamet. Setelah pembuahan menjadi zigot. Inti zigot membelah menjadi banyak yang disebut sporozoit. Proses ini disebut sporogoni.

B. EPIDEMIOLOGI
Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara ( yang berkisar antara 60 – 90%). Penularan antar babisatu ke babi yang lainnya mudah terjadi, sekali – sekali dapat menular pada manusia ( zoonosis).
Terdapat paling banyak di daerah yang beriklim panas. Pada manusia frekwensinya rendah, sekitar 0,77 % (Belding,1952), pada babi (63-91%) menurut Young, pada tahun 1950. Ada dua spesies yang berbeda, yaitu Balantidium coli, yang dapat ditularkan dari babi pada manusia dan Balantidium suiis yang tidak dapat ditularkan pada manusia. Sumber utama yaitu pada manusia yang menderita penyakit. Infeksi dapat timbul dan meningkat pada manusia yang sering berhubungan dengan babi seperti peternak babi, pekerja di rumah-rumah pemotongan hewan yang biasanya memotong hewan terutama babi memiliki sanitasi yang buruk, dan tempat-tempat yang padat seperti di penjara, rumah sakit jiwa, asrama ,dll.

Di Amerika Serikat, B. coli memiliki distribusi yang luas dengan perkiraan prevalensinya 1%. Di Papua Nugini infeksi meningkat 28% berdasarkan kultur yang dilakukan pada babi. Epidemi dapat timbul pada pasien di RS Jiwa di Amerika Serikat. Balantidium coli juga telah dilaporkan banyak pada masyarakat yang memelihara babi.
1. Diagnosa dan Gejala klinis
Umumnya keluhan saluran cerna seperti diare bisa dengan air atau darah, sembelit, mual- mual, muntah, nyeri perut, nafas bau tinja, nafsu makan berkurang, sakit kepala, dan berat badan turun. Apabila sitemukan gejala diatas besar kemungkinan untuk dicurigai terinfeksi Balantidium coli.
Penyakit yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir irip dengan penyakit yang disebabkan oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatif membentuk abses- abses kecil yang kemudian pecah. manjadi ulkus yang menggaung. Penyakit ini dapat berlangsung akut dengan ulkus merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi gangrenyang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri. Penyakit dapat menjadi menahun dengan diare yang di sertai konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah, dan kakeksia ( cachexia ). Infeksi ringan Balantidium coli biasanya idak menampakkan gejala, bila parasit hidup dirongga usus besar.
Balantidium coli kadang – kadang dapat menimbulkan infeksi eksterintestinal, misalnya dapat menyebabkan peritonitis dan uretritis. Pernah ditemukan bahwa Balantidium coli di hepar dan pulmo. Bahkan di ekuador Balantidium coli ditemukan sebagai sindrom disentris dan abses hepar.
Diagnosa dibuat dengan menemukan trofozoit dari parasit atau kista dari balantidium coli pada kotoran segar, atau jaringan biopsi dari sekitar ulkus usus besar, atau trofozoit ditemukan melalui sigmoidoskopi.
2. Penyebab penyakit.
Balantidium coli, protozoa besar dengan silia, sejenis parasit bersel satu.
3. Distribusi penyakit.
Tersebar di seluruh dunia, infeksi pada manusia jarang terjadi namun wabah yang bersifat “water borne” biasa terjadi pada daerah yang sanitasi lingkungannya sangat buruk. Kontaminasi lingkungan dengan tinja dapat mengakibatkan peningkatan jumlah kasus. Wabah besar pernah terjadi di Equador pada tahun 1978. Penderita Balantidiasis telah dilaporkan dari banyak daerah diseluruh dunia seperti Rusia, Jerman, Skandinavia, Italia, Kuba, Amerika selatan, Amerika utara , Filipina dan lain- lain. Di Papua nugini, prevalen penyakit ini sekitar 29 %. Penderita utama adalah perempuan tidur di kandang babi. Di Filipina, parasit ditemukan sekitar 1 % dari 30.000 yang diperiksa, sedangkan Peru sekitar 6 % penduduknya tertular Balantidiasis.

4. Reservoir.
Hewan pembawa penyakit ini biasanya babi, biri – biri, sapi, kuda, tikus, kura – kura, serigala, dan semua binatang kera. Yang dianggap penting dalam penularan adalah babi peliharaan dan tikus.
5. Cara Penularan.
Dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang terinfeksi, pada saat wabah, penularan terutama melalui air yang terkontaminasi. Penularan sporadis terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui air, dan makanan yang terkontaminasi kotoran binatang atau manusia. Masa penularan terjadi selama infeksi.
Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi, misalnya pada orang yang memelihara babi dan yang membersihkan kandang babi, bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung bentuk kista dan kista ini tertelan, maka terjadilah infeksi. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya penularan.



6. Faktor resiko
Manusia memiliki kekebalan alami yang berasalal dati kerja sel darah putih yang menghasilkan antibodi.Beberapa orang yang mempunyai faktor resiko tinggi terjangkit penyakit ini adalah :
a. Orang dengan keadaan sakit karena suatu penyakit sebelumnya, bila terinfeksi oleh parasit ini akan menjadi serius bahkan fatal.
b. Orang yang kontak langsung atau mengurus kotoran reservoar.
c. Orang yang tinggal di daerah dengan fasilitas air tercemar kotoran babi atau hewan lain.
d. Orang dengan imunitas dan status gizi rendah.
e. Penderita penyakit yang kekurangan cairan lambung.
C. CARA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
Cara Pencegahan :
1) Beri penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan.
2) Beri penyuluhan dan bimbingan kepada penjamah makanan melalui instansi kesehatan memperhatikan kebersihan dalam mengolah makanan, dengan cara mengnhindari lalat, mencuci tangan sebelum memasak, memasak dengan matang.

3) Pembuangan kotoran pada jamban yang memenuhi persyaratan sanitasi.
4) Kurangi kontak dengan babi dan kotorannya.
5) Lindungi tempat penampungan/sumber air untuk masyarakat dari kontaminasi kotoran babi. Filter pasir/tanah dapat menyaring semua kista, klorinasi air dengan cara yang biasanya dilakukan tidak menghancurkan kista. Air dalam jumlah sedikit untuk diminum lebih baik dimasak.
6) Keluarga atau pasangan seksual penderita Balantidiasis diperiksa secara rutin untuk mengetahui jumlah krista dalam tubuh.
7) Hindari makanan yang tidak bisa dimasak atau buah yang tidak bisa dikupas kulitnya bila bepergian ke negeri yang endemis Balantidiasis.
Pengawasan Penderita dan pengendalian :
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat setiap kejadian balantidiasis yang terjadi guna mencegah wabah.
2) Disinfeksi serentak dengan cara pembuangan kotoran yang saniter dan sehat.
3) Investigasi kontak dan sumber infeksi : pemeriksaan mikroskopis tinja dari anggota rumah tangga dan kontak yang dicurigai. Lakukan investigasi terhadap mereka yang kontak dengan babi; bila perlu berikan tetrasiklin pada babi yang terinfeksi.
D. PENGOBATAN
Beberapa jenis obat dapat membunuh B. coli ini yaitu:
• Idiiodohydroxyquin, yang bekerja membunuh amoeba di dalam lumen usus halus. Dosis 600 mg diberikan per oral 3 x sehari selama 20 hari. Kontraindikasi dengan penderita gangguan fungsi hati.
• Tetracycline, penggunaan tetrasiklin akan menghambat sintesis protein parasit.
• Flagyl, sebagai antiprotozoa dan antibakteri. Dengan dosis 500 mg 3 x sehari selama 20 hari yang diberikan per oral.
• Metronidazole, dengan dosis 750 mg, diberikan 3 x sehari selama 5 hari.
Sering terjadi penyakit hilang dengan sendirinya, atau individu tidak menunjukkan gejala tetapi dapat bertindak sebagai karier. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan mengganti cairan dan elektrolit yang hilang bersama tinja.

Referensi
1). Yatim, faisal. 2007. Macam – macam Penyakit Menular. Jakarta : Pustaka Obor Populer

FKM UNDIP