Senin, 21 Maret 2011

AIRBORNE DISEASE

MUMPS ?? GONDONG ??

A. Pendahuluan

• Pengertian
Gondong merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus gondong atau Paramyxovirus A, virus ini termasuk golongan virus RNA. Merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus, di masyarakat Indonesia penyakit ini disebut gondongen atau radang kelenjar gondok. Bentuk virus ini kapsid dan mempunyai virion atau beramplup. Ukuran virionnya mencapai 150 – 300 nm. Virus Paramycoviridae termasuk dalam genus Rubulavirus. Kelenjar yang diserang adalahkelenjar parotis, sublingualis, submandibularis.

• Masa Inkubasi
Masa tunas/inkubasi: 12-26 hari (≈18 hari), Sedangkan masa tular/infektivitinya 2-4 hari sebelum pembengkakan parotis & 9 hari sesudah pembengkakannya mulai.

• Penularan
Virus ini ditularkan melalui udara. Gondong ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus gondong yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke udara oleh seseorang yang dapat menularkan penyakit. Virus gondong juga ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi. Penderita gondong dapat menularkan penyakit sampai tujuh hari sebelum dan sembilan hari setelah mulai pembengkakan kelenjar liur. Penularan maksimum terjadi antara 2 hari sebelum dan 4 hari setelah gejala timbul. Waktu dari saat eksposur pada virus ini dan jatuh sakit dapat berkisar antara 12 sampai 25 hari tetapi paling umum dari 16 sampai 18 hari.

B. Epidemiologi Mumps

• Frekuensi ( Besarnya Masalah )

Mumps merupakan jenis penyakit yang mudah menular melalui kontak langsung & droplet dari air liur atau sekresi lain pada nasofaring. Pada populasi endemik 85% kasus terjadi pada anak < 15 tahun, biasanya 5 – 10 thn. Dikirakan sampai 40% kasus subklinis maka sulit mencari kasus sumber/indeks • Distribusi Penyakit Mumps adalah penyakit yang jarang ditemukan jika dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain yang umum menyerang anak seperti campak, cacar air, walaupun jarang terjadi namun pada masyarakat yang tidak diimunisasi, dalam suatu penelitian ditemukan 85% diantara mereka sampai dewasa sudah pernah mengalami infeksi virus mumps. Kira-kira sepertiga mereka yang rentan yang terpajan dengan infeksi virus mumps merupakan infeksi tanpa gejala. Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak-anak usia di bawah 2 tahun bersifat subklinis. Penyakit ini paling sering muncul pada musim dingin dan musim semi. Di AS, insidensi mumps menurun secara drastis sejak vaksinasi terhadap mumps dilakukan secara luas. Vaksin mumps pertama kali diijinkan beredar di AS pada tahun 1967. penurunan ini terjadi pada semua umur, namun dengan tingginya cakupan imunisasi pada bayi, maka infeksi virus mumps bergeser pada usia anak yang lebih tua, adolescents dan dewasa muda. KLB yang terjadi pada tahun 1980 disebabkan rendahnya cakupan imunisasi terhadap mumps, sehingga yang terserang adalah mereka yang tidak diimunisasi. Sedangkan KLB yang terjadi belakangan ini terjadi pada masyarakat yang cakupan imunisasinya tinggi. Selama tahun 1990-an insidensi tahunan mumps menurun secara pasti. Dan pada tahun 1997 di seluruh AS hanya dilaporkan kurang dari 700 kasus setahun. . 
• Faktor Resiko Faktor resiko terserang mumps adalah siapa saja yang berada dalam kontak dengan gondong yang dapat menular dapat terkena gondong, kecuali jika telah terinfeksi pada masa lalu atau telah diimunisasi. 
C. Gejala Klinis dan Komplikasi 
• Gejala Klinis 
1. Stadium Prodrom: 1-2 hari 
• Febris sedang, anorexia, nyeri otot umum
• Nyeri didalam atau dibelakang telinga kalau mengunyah atau menelan 
• Terkadang diserta nyeri kepala, mual/muntah & kaku kutuk 

2. Stadium Pembengkakan: (7-9 hari) 
• Kelenjar parotid makin nyeri & mulai bengkak unilateral kemudian sering menjadi bilateral sampai hari 3-4 pembengkakan lalu mulai mereda selama 1 minggu.

• Kulit diatas parotid erithema & mungkin edema 

• Pembengkakan parotid di daerah depan telinga, diatas otot maseter & di cekungan belakang liang telinga didepan mastoideus. Telinga bagian bawah terangkat keatas & ke depan oleh pembengkakan. 

• Trismus bisa sangat berat & nyeri bila menggigit. Gejala umum gondong adalah demam, hilang nafsu makan, lelah dan sakit kepala diikuti dengan pembengkakan dan rasa sakit pada kelenja liur. Satu atau lebih banyak kelenjar liur parotid (yang terletak dalam pipi, dekat garis rahang, di bawah telinga) paling sering terlibat. Hampir sepertiga dari orang yang terinfeksi tidak memperlihatkan gejala apapun. Gondong biasanya suatu penyakit yang lebih parah di kalangan penderita yang terinfeksi setelah akil balig. 

• Komplikasi Mumps 
1. Meningitis: 10%, Nyeri kepala, meningismus, febris, mual/muntah, kasus ringan 
2. Enkefalitis: 5:1000, 3 – 5X ♂ , Gejala & hasil liquor spinalis seperti enkefalo-meningitis virus lain (ringan) 
3. Orkitis: Mulai 1 minggu setelah parotitis. 20 – 30% anak lelaki postpuber, mendadak dengan nyeri & mual/muntah. Biasanya unlateral, nyeri, erithema & bengkak pada testis kemudian atropi pada 35%. Pada kasus E-O unilateral, jarang terjadi sterilitas. 
4. Keguguran/abortus spontan: Infeksi pada trimester pertama dapat menyebab abortus spontan pada 27% kasus. 
5. Pankreatitis: 1:30 Biasanya pada remaja & dewasa, nyeri epigastrum, Febris lagi, mual/muntah 
6. Tuli Unilateral: Jarang (Ada yang melapor sampai 6%,) mulai dengan tinitus, ataxia & mual/muntah. 
7. Miokarditis (13% kasus dewasa: ST depresi di EKG) 
8. Mastitis, Nefritis, Arthritis, Thyroditis, Dacrio-adenitis, Neuritis Optica 

D. Pencegahan dan Pengendalian
• Pencegahan 
1. Vaksin MMR melindungi terhadap gondong, campak dan rubela dan merupakan bagian dari jadwal vaksinasi standar. Vaksin MMR harus diberikan kepada anak-anak pada usia 12 bulan dan sekali lagi pada usia empat tahun. Jenis vaksin yang digunakan adalah vakis hiduo yang dilemahkan. Lebih dari 90 % menghasilkan antibodi. 
2. Orang yang lahir setelah tahun 1965 harus memastikan bahwa telah menerima dua dosis vaksin MMR 
3. Diberikan booster pada umur 4 – 6 tahun atau 12 tahun. 
4. Berikan penyuluhan kepada masyarakat, Anjurkan masyarakat untuk mengimunisasikan anak-anak mereka yang berusia di atas satu tahun. 

•Pengendalian Agar tidak menjadi wabah, maka yang dapat dilakukan adalah mengisolasi penderita gondong selama sembilan hari di dalam rumah setelah pembengkakan mulai untuk membantu menghentikan virus dari sampai ke orang lain. 

E. Pengobatan 
1. Simptomatis, ibuprofen, paracetamol untuk nyeri dan febris. Istirahat sesuai keingingan pasien
2. Boleh kompres pembengkakan dengan hangat atau dingin 
3. Diet sesuai selera, dengan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung yodium tinggi. 

F. Penanganan Penderita 
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: laporan bersifat selektif 
2) Isolasi: Lakukan isolasi terhadap saluran pernafasan dan sediakan ruangan khusus selama 9 hari setelah timbulnya parotitis apabila disekitar mereka banyak orang yang rentan (tidak diimunisasi). 
3) Disinfeksi serentak: Lakukan disinfeksi terhadap semua barang-barang yang tercemar oleh sekret hidung dan tenggorokan. 
4) Karantin, selama 12-25 hari setelah terserang. 
5) Imunisasi kontak: Walaupun pemberian imunisasi setelah seseorang terpajan tidak melindungi mereka untuk menjadi sakit. Namun terhadap kontak yang telah diimunisasi yang kemudian tidak sakit maka pemberian imunisasi ini akan melindungi mereka terhadap infeksi berikutnya. Pemberian IG (Immune Globulin) tidak efektif dan tidak dianjurkan. 
6) Investigasi terhadap kontak dan sumber penularan infeksi: cari orang-orang yang rentan dan kepada mereka harus diimunisasi  
Referensi
Kandun, I Nyoman. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular.Jakarta.


Nama: Wisudani Izza Amartha
NIM : E2A009104
Regular 1 FKM UNDIP

Kamis, 17 Maret 2011

ALL ABOUT BALANTIDIASIS

ALL ABOUT BALANTIDIASIS DISEASE
A. PENDAHULUAN

Balantidiasis adalah suatu penyakit disentri yang disebabkan oleh Balantadium coli. Balantidium coli adalah parasit jenis ciliate yang bersel tunggal.

• Morfologi

Parasit Balantidium coli mempunyai bentuk tropozoit ( vegetativ ) dan bentuk krista. Bentuk trpoozoit adalah lonjong, berukuran 60 – 70 mikron dan mempunyai dua inti. Bentuk vegetatif bergerak dengan bulu getar yang pendek di seluruh permukaan sel. Pada bagian depan terdapat lubang dengan saluran sederhana yang berfungsi sebagai mulut dengan buluh getar lebih panjang untuk mengambil makanan.
Pada balantidium yang berbentuk kista, bentuk tubuhnya lonjong dan berdinding tebal dan berlapis dua dan diantar dua lapisan dinding tersebut terdapat cilia namun dapat menghilang bila dalam bentuk yang matang. Dan berukuran 45 – 65 mikron. Bentuk kista hanya mempunyai makronukleus, kista yang hidup masih mempunyai bulu getar yang masih bergerak. Kista tidak tahan kering, sedangkan dalam tinja yang basah kista dapat tahan berminggu-minggu.

• Siklus hidup

Protozoa genus Balantidium merupakan protozoa yang yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Protozoa ini merupakan protozoa yang terbesar. Habitat parasit ini adalah didalam usus besar pada hewan dan manusia. Balantidium Kista hidup didalam tinja dapat hidup 1 – 2 hari pada suhu kamar. Parasit ini hidup di selaput lendir usus besar terutama di daera sekum. Bentuk kista ini adalah bentuk infektif. Bila bentuk kista tertelan terjadi ekskistasi di dinding usus halus. Dari satu keluar satu bentuk vegetatif yang segera berkembangbiak dan membentuk koloni di selaput lendir usus besar. Setelah itu balantidium berkembang dan dewasa lalu bertelur. Bentuk kista dan bentuk vegetatif keluar bersama tinja hospes. Trafozoit dapat menembus dinding usus dan ikut mengalir bersama aliran darah menuju organ – organ lain misalnya ke pulmo ( paru – paru ), liver dan enchephalon ( otak ). Lalu memperbanyak diri di ekstraintestinal. Lalu membentuk sista infektif dan megeluarkannya bersama feses.

• Reproduksi
Mula – mula mikronukleus yang membelah diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga menjadi dua organisme yang baru. Kadang – kadang tampak pertukaran kromatin ( konjugasi ). Reproduksi berlangsung seksual dan aseksual.
Perkembang biakan secara aseksual yaitu dengan belah pasang, yaitu dengan membelah jadi dua parasit yang sama bentuknya. Hanya terjadi bila situasi kurang menguntungkan. Misalnya tidak ada pejantan. Perkembangbiakan secara seksual terjadi pada pembiakan ini dibentuk sel kelamin, yaitu makrogametosit dan mikrogametosit yang kemudian membelah membentuk makrogamet dan mikrogamet. Setelah pembuahan menjadi zigot. Inti zigot membelah menjadi banyak yang disebut sporozoit. Proses ini disebut sporogoni.

B. EPIDEMIOLOGI
Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara ( yang berkisar antara 60 – 90%). Penularan antar babisatu ke babi yang lainnya mudah terjadi, sekali – sekali dapat menular pada manusia ( zoonosis).
Terdapat paling banyak di daerah yang beriklim panas. Pada manusia frekwensinya rendah, sekitar 0,77 % (Belding,1952), pada babi (63-91%) menurut Young, pada tahun 1950. Ada dua spesies yang berbeda, yaitu Balantidium coli, yang dapat ditularkan dari babi pada manusia dan Balantidium suiis yang tidak dapat ditularkan pada manusia. Sumber utama yaitu pada manusia yang menderita penyakit. Infeksi dapat timbul dan meningkat pada manusia yang sering berhubungan dengan babi seperti peternak babi, pekerja di rumah-rumah pemotongan hewan yang biasanya memotong hewan terutama babi memiliki sanitasi yang buruk, dan tempat-tempat yang padat seperti di penjara, rumah sakit jiwa, asrama ,dll.

Di Amerika Serikat, B. coli memiliki distribusi yang luas dengan perkiraan prevalensinya 1%. Di Papua Nugini infeksi meningkat 28% berdasarkan kultur yang dilakukan pada babi. Epidemi dapat timbul pada pasien di RS Jiwa di Amerika Serikat. Balantidium coli juga telah dilaporkan banyak pada masyarakat yang memelihara babi.
1. Diagnosa dan Gejala klinis
Umumnya keluhan saluran cerna seperti diare bisa dengan air atau darah, sembelit, mual- mual, muntah, nyeri perut, nafas bau tinja, nafsu makan berkurang, sakit kepala, dan berat badan turun. Apabila sitemukan gejala diatas besar kemungkinan untuk dicurigai terinfeksi Balantidium coli.
Penyakit yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir irip dengan penyakit yang disebabkan oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatif membentuk abses- abses kecil yang kemudian pecah. manjadi ulkus yang menggaung. Penyakit ini dapat berlangsung akut dengan ulkus merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi gangrenyang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri. Penyakit dapat menjadi menahun dengan diare yang di sertai konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah, dan kakeksia ( cachexia ). Infeksi ringan Balantidium coli biasanya idak menampakkan gejala, bila parasit hidup dirongga usus besar.
Balantidium coli kadang – kadang dapat menimbulkan infeksi eksterintestinal, misalnya dapat menyebabkan peritonitis dan uretritis. Pernah ditemukan bahwa Balantidium coli di hepar dan pulmo. Bahkan di ekuador Balantidium coli ditemukan sebagai sindrom disentris dan abses hepar.
Diagnosa dibuat dengan menemukan trofozoit dari parasit atau kista dari balantidium coli pada kotoran segar, atau jaringan biopsi dari sekitar ulkus usus besar, atau trofozoit ditemukan melalui sigmoidoskopi.
2. Penyebab penyakit.
Balantidium coli, protozoa besar dengan silia, sejenis parasit bersel satu.
3. Distribusi penyakit.
Tersebar di seluruh dunia, infeksi pada manusia jarang terjadi namun wabah yang bersifat “water borne” biasa terjadi pada daerah yang sanitasi lingkungannya sangat buruk. Kontaminasi lingkungan dengan tinja dapat mengakibatkan peningkatan jumlah kasus. Wabah besar pernah terjadi di Equador pada tahun 1978. Penderita Balantidiasis telah dilaporkan dari banyak daerah diseluruh dunia seperti Rusia, Jerman, Skandinavia, Italia, Kuba, Amerika selatan, Amerika utara , Filipina dan lain- lain. Di Papua nugini, prevalen penyakit ini sekitar 29 %. Penderita utama adalah perempuan tidur di kandang babi. Di Filipina, parasit ditemukan sekitar 1 % dari 30.000 yang diperiksa, sedangkan Peru sekitar 6 % penduduknya tertular Balantidiasis.

4. Reservoir.
Hewan pembawa penyakit ini biasanya babi, biri – biri, sapi, kuda, tikus, kura – kura, serigala, dan semua binatang kera. Yang dianggap penting dalam penularan adalah babi peliharaan dan tikus.
5. Cara Penularan.
Dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang terinfeksi, pada saat wabah, penularan terutama melalui air yang terkontaminasi. Penularan sporadis terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui air, dan makanan yang terkontaminasi kotoran binatang atau manusia. Masa penularan terjadi selama infeksi.
Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi, misalnya pada orang yang memelihara babi dan yang membersihkan kandang babi, bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung bentuk kista dan kista ini tertelan, maka terjadilah infeksi. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya penularan.



6. Faktor resiko
Manusia memiliki kekebalan alami yang berasalal dati kerja sel darah putih yang menghasilkan antibodi.Beberapa orang yang mempunyai faktor resiko tinggi terjangkit penyakit ini adalah :
a. Orang dengan keadaan sakit karena suatu penyakit sebelumnya, bila terinfeksi oleh parasit ini akan menjadi serius bahkan fatal.
b. Orang yang kontak langsung atau mengurus kotoran reservoar.
c. Orang yang tinggal di daerah dengan fasilitas air tercemar kotoran babi atau hewan lain.
d. Orang dengan imunitas dan status gizi rendah.
e. Penderita penyakit yang kekurangan cairan lambung.
C. CARA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
Cara Pencegahan :
1) Beri penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan.
2) Beri penyuluhan dan bimbingan kepada penjamah makanan melalui instansi kesehatan memperhatikan kebersihan dalam mengolah makanan, dengan cara mengnhindari lalat, mencuci tangan sebelum memasak, memasak dengan matang.

3) Pembuangan kotoran pada jamban yang memenuhi persyaratan sanitasi.
4) Kurangi kontak dengan babi dan kotorannya.
5) Lindungi tempat penampungan/sumber air untuk masyarakat dari kontaminasi kotoran babi. Filter pasir/tanah dapat menyaring semua kista, klorinasi air dengan cara yang biasanya dilakukan tidak menghancurkan kista. Air dalam jumlah sedikit untuk diminum lebih baik dimasak.
6) Keluarga atau pasangan seksual penderita Balantidiasis diperiksa secara rutin untuk mengetahui jumlah krista dalam tubuh.
7) Hindari makanan yang tidak bisa dimasak atau buah yang tidak bisa dikupas kulitnya bila bepergian ke negeri yang endemis Balantidiasis.
Pengawasan Penderita dan pengendalian :
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat setiap kejadian balantidiasis yang terjadi guna mencegah wabah.
2) Disinfeksi serentak dengan cara pembuangan kotoran yang saniter dan sehat.
3) Investigasi kontak dan sumber infeksi : pemeriksaan mikroskopis tinja dari anggota rumah tangga dan kontak yang dicurigai. Lakukan investigasi terhadap mereka yang kontak dengan babi; bila perlu berikan tetrasiklin pada babi yang terinfeksi.
D. PENGOBATAN
Beberapa jenis obat dapat membunuh B. coli ini yaitu:
• Idiiodohydroxyquin, yang bekerja membunuh amoeba di dalam lumen usus halus. Dosis 600 mg diberikan per oral 3 x sehari selama 20 hari. Kontraindikasi dengan penderita gangguan fungsi hati.
• Tetracycline, penggunaan tetrasiklin akan menghambat sintesis protein parasit.
• Flagyl, sebagai antiprotozoa dan antibakteri. Dengan dosis 500 mg 3 x sehari selama 20 hari yang diberikan per oral.
• Metronidazole, dengan dosis 750 mg, diberikan 3 x sehari selama 5 hari.
Sering terjadi penyakit hilang dengan sendirinya, atau individu tidak menunjukkan gejala tetapi dapat bertindak sebagai karier. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan mengganti cairan dan elektrolit yang hilang bersama tinja.

Referensi
1). Yatim, faisal. 2007. Macam – macam Penyakit Menular. Jakarta : Pustaka Obor Populer

FKM UNDIP

Rabu, 15 Desember 2010

Sekilas Mengenai Kejadian Luar Biasa

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Depkes, 2000).

Kriteria Kejadian Lar Biasa

Menurut Keputusan Dirjen No. 451/9 suatu penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Propotional rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : kolera, DHF/DSS
a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a) Keracunan makanan
b) Keracunan pestisida

Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB:

1.Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
2.Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
3.Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
4.Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Penyakit-Penyakit Berpotensi Wabah/KLB :

1.Penyakit karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever.
2.Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/mempunyai mortalitas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanus neonatorum, Diare, Pertusis, Poliomyelitis.
3.Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting : Malaria, Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis, Keracunan, Encephalitis, Tetanus.
4.Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi masuk program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis, Gonorrhoe, Filariasis, dll.

Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.
Kemampuan mengadakan perlingangan atau tingginya herd immunity untuk menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:
1.Proporsi penduduk yang kebal,
2.Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan
3.Kebiasaan hidup penduduk.

Heard immunity adalah pertahanan kelompok / pertahanan sekelompok masyarakat terhadap masuknya dan menyebarnya agen infeksi, karena sebagian besar anggota kelompok tersebut memiliki daya tahan terhadap infeksi yang berbeda –beda. Kekebalan kelompok diakibatkan oleh menurunnya peluang penularan bibit penyakit dari penderita yang terinfeksi kepada orang sehat yang rentan bila sebagian besar anggota kelompok tersebut memiliki ketahanan yang tunggi terhadap penyakit itu. Herd Immunity bias dikatakan jika bahwa antara masyarkat yang kebal dan tidak kebal terhadap suatu penyakit tidak mengelompok sendiri-sendiri sehingga penyebaran penyakit bias menurun dalam suatu kelompok tertentu.
Teori Herd immunity menyatakan bahwa, dalam penyakit menular yang ditularkan dari individu ke individu, rantai infeksi mungkin akan terganggu ketika sejumlah besar populasi kebal terhadap penyakit. Semakin besar proporsi individu yang kebal, semakin kecil kemungkinan bahwa individu rentan akan datang ke dalam kontak dengan individu menular.
Pencegahan Kejadian Luar Biasa
a. Penanggulangan sumber pathogen
- Singkirkan sumber kontaminasi
- Hindarkan orang dari paparan
- Inactivasi / neutralisasi pathogen
- Isolasi dan atau obati orang yang terinfeksi
b. Memutus rantai penularan
- Memutus sumber lingkungan
- Penanggulangan transmisi vektor
- Tingkatkan sanitasi perorangan
c. Modifikasi respon penjamu
- Imunisasi kelompok rentan
- Pemakaian chemotherapy pencegahan
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi.
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia.
Referensi :
Eko, Budiarti & Dwi, Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi edisi 2. Jakarta : EGC
John TJ, Samuel R. 2000. Department of Clinical Virology, Christian Medical College Hospital, Vellore, Tamil Nadu, India. www.ncbi.nlm.nih.gov. Herd immunity and herd effect: new insights and definitions.



Wisudani I.A
E2A009104
FKM UNDIP

Kamis, 11 November 2010

KEMATIAN IBU DAN BAYI

KEMATIAN IBU DAN BAYI
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia , "Sebuah kematian ibu didefinisikan sebagai kematian seorang wanita saat hamil atau dalam 42 hari pengakhiran kehamilan, terlepas dari durasi dan tempat kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau manajemen tetapi bukan dari atau insidental menyebabkan kebetulan ".
Penyebab utama

Penyebab utama kematian ibu adalah bakteri infeksi , varian hipertensi kehamilan termasuk pre-eklamsia dan sindrom HELLP , perdarahan kandungan , kehamilan ektopik , sepsis nifas (demam nifas), emboli cairan ketuban , pecah rahim dan komplikasi yang tidak aman atau tidak sehat aborsi . Lesser diketahui penyebab kematian ibu termasuk gagal ginjal , gagal jantung , dan hiperemesis gravidarum.
Sebagaimana dinyatakan oleh tahun 2005 Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan "Membuat Setiap Ibu dan Anak Count" mereka adalah: perdarahan berat / perdarahan (25%), infeksi (13%), aborsi tidak aman (13%), eklampsia (12%), tenaga kerja terhambat (8%), penyebab langsung lainnya (8%), dan penyebab tidak langsung (20%). Penyebab tidak langsung seperti malaria , anemia , HIV / AIDS dan penyakit kardiovaskuler , mempersulit kehamilan atau diperparah oleh itu.
Empat puluh lima persen kematian postpartum terjadi dalam waktu 24 jam. Lebih dari 90% kematian ibu terjadi di negara-negara berkembang. Sebagai perbandingan, kehamilan yang berhubungan dengan pembunuhan account selama 2 sampai 10 kematian per 100000 kelahiran hidup, mungkin jauh lebih tinggi karena tidak dilaporkan.
Di negara maju, yang umum penyebab kematian ibu adalah perdarahan kandungan , diikuti oleh deep vein thrombosis .
Faktor yang mempengaruhi kematian ibu
-Keluarga
-Bidan atau tenaga profesional
-Tenaga persalinan

Dari gambaran ketiga unsur ini, bidan walaupun dia profesional, keluarga walaupun dia kaya, dukun walaupun dia telah bermitra dan terlatih, kematian tetap akan terjadi, karena ketiga komponen atau unsur yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi diatas dalam posisi yang lemah pada pelayanan kesehatan maternal komunitas.

Faktor-faktor diluar dari ketiga komponen atau unsur tersebut sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan maternal (ibu hamil, persalinan dan nifas). Faktor-faktor inilah yang tidak berkembang (bukan tidak ada) di Polewali Mandar. Sehingga kematian ibu seperti yang saya sebutkan sebagai pola kematian ibu di Polewali Mandar yaitu pola dimana kematian ibu sering terjadi disekitar tenaga kesehatan dan Pola dimana kepedulian terhadap ibu hamil ketika mendekati persalinan tidak ditemukan, dan ini harusnya menjadi perhatian utama.


Kematian bayi

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-neonatal (setelah 27 hari).
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kematian Bayi

a. Faktor Ibu

1) Gizi saat hamil yang kurang Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau anak besar. Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dengan demikian, bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu agar ia lebih memperhatikan kesehatannya (Hidayati, 2009).

2) Usia ibu. Persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa.

Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.

3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

4) Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.

5) Penyakit menahun ibu a) Asma bronkiale: Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).

6) Gaya hidup Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin.

Wisudani Izza
E2A009104
mahasiswa fkm undip

SEKILAS TENTANG TBC

SEKILAS TENTANG TB PARU
Pengertian
Tuberculosis atau lebih sering disebut dengan TBC adalah infeksi kronis bakteri yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar orang yang terinfeksi oleh bakteri tuberculosis menderita TBC tanpa mengalami gejala, hal ini yang disebut dengan latent tuberculosis. Jika daya tahan tubuh mengalami penurunan karena usia, malnutrisi, infeksi seperti HIV, atau karena faktor lain, bakteri akan aktif dan menyebabkan active tuberculosis
TBC menyebar melalui udara dari satu orang ke orang lainnya. Bakteri tuberculosis terdapat pada udara ketika orang dengan active tuberculosis mengalami batuk atau bersin. Orang-orang yang ada di sekitarnya mungkin menghirup udara yang mengandung bakteri ini dan selanjutnya menjadi terinfeksi.
Pada orang yang terinfeksi oleh bakteri tuberculosis, secara alamiah tubuh memiliki mekanisme pertahanan untuk melawan perkembangan bakteri. Akibatnya bakteri menjadi inaktif, tetapi masih tetap tinggal di dalam tubuh.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

A.Gejala sistemik/umum

•Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
•Penurunan nafsu makan dan berat badan.
•Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
•Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

B.Gejala khusus

•Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,akanmenimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
•Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
•Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
•Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

C.Gejala klinis

Gejala umum/nonspesifik antara lain :
•Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau pada anak berat badan tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi
•Tidak nafsu makan dan pada anak terlihat gagal tumbuh serta penambahan berat badan tidak memadai sesuai umur
•Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifoid, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai adanya keringat pada malam hari
•Adanya pembesaran kelenjar seperti di leher atau ketiak
•Batuk lama lebih 30 hari dengan atau tanpa dahak atau dapat juga berupa batuk darah
Pada anak-anak, primary pulmonary tuberculosis (infeksi pertama yang disebabkan oleh bakteri tuberculosis) tidak menampakkan gejalanya meskipun dengan pemeriksaan sinar X-ray. Kadang-kadang; ini pun jarang; terlihat adanya pembesaran kelenjar getah bening dan batuk-batuk. Dalam banyak kasus jika tuberculin skin test-nya menunjukkan hasil positif maka si penderita diindikasikan menderita penyakit TBC. Anak-anak dengan dengan tuberculin test positif, meskipun tidak menampakkan gejala, harus mendapatkan perawatan serius.
Pengobatan TBC
Obat untuk TBC berbentuk paket selama 6 bulan yang harus dimakan setiap hari tanpa terputus. Bila penderita berhenti ditengah pengobatan maka pengobatan harus diulang lagi dari awal, untuk itu maka dikenal istilah PMO (pengawas minum obat) yaitu adannya orang lain yang dikenal baik oleh penderita maupun petugas kesehatan (biasanya keluarga pasien) yang bertugas untuk menngawasi dan memastikan penderita meminum obatnya secara teratur setiap hari. Pada 2 bulan pertama obat diminum setiap hari sedangkan pada 4 bulan berikutnya obat diminum selang sehari. Regimen yang ada antara lain : INH, Pirazinamid, Rifampicin, Ethambutol, Streptomisin.

Pencegahan TBC
•Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
•Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
•Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak
•Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
•Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
•Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

Wisudani Izza Amartha
e2a009104
mahasiswa fkm undip

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI CAMPAK


CAMPAK
Penyakit Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit yang disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
Penyebab
Campak disebabkan oleh paramiksovirus. Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dan remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa nyeri tenggorokan, hidung meler, batuk, nyeri otot, demam, mata merah, fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau). Sekitar 2-4 hari kemudian baru muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas.
Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Pengobatan Gejala
Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun akan menyiapkan obat anti kejang bila anak punya bakat kejang.
Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik. Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena mungkin sudah ada komplikasi.

Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah kompilkasi radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.
Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi "tumpangan" yang sampai ke otak. Lain halnya, komplikasi radang paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas. Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak itu sendiri, melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat terjadi pada anak yang kurang gizi.
Penularan
Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak  berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Sayangnya, masih ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak. Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak , maka anggota keluarga lain sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya, bukankah campak  hanya terjadi sekali seumur hidup? Jadi kalau waktu kecil sudah pernah , setelah itu akan aman selamanya. Ini jelas pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk ditularkan. Apalagi dampak campak cukup berbahaya.
Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada campak harus keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan penderita. Yang benar, justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya . Semakin banyak jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya. Dokter justru akan mengusahakan agar  pada anak tidak menjadi semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai muncul di sekujur tubuh Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak  secara salah. Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan, keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa nyaman.
Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak. Pertama, infeksi bakteri (Pneumonia, Infeksi telinga tengah). Dua, kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan. Tiga, Ensefalitis (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas. Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan seperti pemeriksaan darah, pembiakan virus dan serologi campak.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, maka baiknya diberikan antibiotik.
Pencegahan
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. (yz/sumber:medicastore.com)

wisudani izza
E2A009104
mahasiswa fkm undip

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI MALARIA


MALARIA
Pengertian
Malaria adalah suatu infeksi pada bagian dari sel darah yaitu infeksi pada sel darah merah. Ditularkan oleh nyamuk yang membawa parasit yang menyebabkan malaria. Apabila nyamuk pembawa parasit ini menggigit anda, parasit dapat masuk ke dalam darah anda. Parasit tersebut bertelur, yang kemudian akan berkembang, melakukan replikasi sehingga menjadi banyak, dan parasit tersebut hidup dari sel darah anda sampai anda menjadi sakit. Jika tidak dilakukan pengobatan, malaria dapat sangat fatal sehingga berakibat pada kematian seseorang.
Gejala
1.      Demam tinggi ( demam dapat mencapai 104 derajat fahrenheit atau lebih tinggi).
2.      Perasaan dingin atau kaku pada seluruh tubuh.
3.      Gemetar sampai bergoncang.
4.      Keluar keringat berlebihan.
5.      Tubuh terasa lemas, lelah.
6.      Ketidaknyamanan yang disebut dengan malaise (rasa tidak enak pada tubuh) dan nyeri pada seluruh tubuh.
7.      Sakit kepala
8.      Rasa mual.
9.      Muntah-muntah
Karena infeksi malaria sering muncul tiba-tiba menjadi flu seperti semacam penyakit atau penyakit yang disebabkan virus, sangat kuatir jika penyakit anda berkembang menjadi demam dan anda tinggal di daerah endemis malaria atau dalam 12 bulan setelah perjalanan anda ke daerah yang beresiko malaria tinggi. Sesegera mungkin anda pergi ke dokter dan katakan kepada dokter kemana anda berpergian. Infeksi Malaria dapat berpengaruh serius, Berpotensi mengancam kesehatan hidup anda.
Penularan Dan Penyebab
Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung dari satu manusia ke manusia lainnya. Tetapi penyakit ini dapat menular malalui transfusi donor yang darahnya mengandung parasit malaria. Malaria yang klasik disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi parasit malaria. Tidak semua nyamuk dapat menularkan malaria. Seseorang menjadi terinfeksi malaria setelah digigit nyamuk Anopheles betina yang sudah terinfeksi parasit malaria.
Pada saat nyamuk betina menggigit, dia memasukkan air liurnya yang mengandung parasit ke dalam peredaran darah di dalam tubuh manusia. Selanjutnya parasit masuk ke dalam sel-sel hati manusia. Sekitar 1 hingga 2 minggu setelah digigt, parasit kembali masuk ke dalam darah. Pada saat ini manusia tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda atau gejala malaria. Parasit tersebut selanjutnya menyerang sel darah merah dan mulai memakan hemaglobin, bagian darah yang membawa oksigen. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini dapat menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil. Karena banyak sel darah merah yang pecah, maka menyebabkan anemia.
Proses terjadinya penyakit ditentukan oleh hubungan antara tiga faktor yaitu pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (enviroment).
1.      Pejamu/ Inang (Host)
Malaria mempunyai dua inang yaitu :
a.       Manusia (intermediate host)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Faktor yang berpengaruh pada manusia adalah :
-          Ras atau suku bangsa.
-          Kekurangan suatu enzim tertentu seperti enzim G6PD (glucosa 6 fosfat dehidrogenase)
-          Kekebalan / imunitas yaitu adanya kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan plasmodium yang masuk atau membatasi berkembangbiaknya/jumlahnya.
b.      Nyamuk Anopheles (Defenitive host)
Untuk kelangsungan hidupnya nyamuk memerlukan tiga tempat hidup, hubungan antara ketiga tempat hidup tersebut sebagai berikut :
Tempat berkembang biak                      Tempat istirahat                     tempat mencari darah
Nyamuk Anopheles biasanya aktif mencari darah pada malam hari, ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada yang mulai tengah malam sampai menjelang pagi hari.
2.      Penyebab (Agent)
Agent penyebab malaria adalah genus Plasmodium, Famili Plasmodiidae, dari ordo Coccidiidae. Ada 4 macam plasmodium :
a.       P. Falciparum
Jenis ini lebih banyak di Afrika, gejala ini sangat berbahaya dan banyak yang terserang oleh gejala tersebut membawa kematian.
b.      P. Vivax
Jenis ini ditemukan banyak di daerah tropis di Asia, gejala ini kurang berbahaya tetapi dapat menggangu liver dan dapat kambuh untuk 4 tahun kedepan.
c.       P. Malariae
Jenis ini, ditemukan di Afrika dan disebabkan gejala typical malaria, tetapi terjadi pada waktu melalui aliran darah tanpa mendapatkan gejala. Dalam hal ini disebabkan oleh, anda mungkin tertular melalui parasit ke nyamuk atau orang lain melalui transfusi darah.
d.      P. Ovale
Jenis ini kebanyakan ditemukan di Afrika Barat. Meskipun jarang itu dapat juga merusak liver anda dan dapat juga disebabkan berulang-ulang untuk 4 tahun kedepan.
Parasit malaria memerlukan dua macam fase untuk kelangsungan hidupnya. Fase malaria dalam badan manusia disebut fase aseksual yang terdiri atas fase di luar sel darah merah dan fase dalam sel darah merah yang terbagi dalam :
1.      Fase sisogoni yang menimbulkan demam dan
2.      Fase gametomi yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penular penyakit bagi nyamuk malaria.
Dalam tubuh nyamuk terjadi fase seksual yang disebut sprogoni karena menghasilkan sprosoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.
3.      Lingkungan (Enviroment)
Lingkungan yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit malaria adalah :
a.       Fisik
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi ekstrinsik, terutama curuh hujan. Hujan yang berselang-seling dengan panas, berhubungan langsung dengan perkembanmgan larva nyamuk. Tersedianya air yang terus menerus memungkinkan nyamuk bertelur dan berkembang biak.
b.      Biologi
Tumbuhan semak, pohon bakau, lumut, ganggang merupakan tempat perindukan dan tempat-tempat peristirahatan yang baik untuk nyamuk.
Pencegahan
Anda sebaiknya melakukan apapun yang anda bisa lakukan untuk menjaga diri anda dari gigitan nyamuk. Jika bisa, tidurlah dalam ruangan yang terpasang kelambu pada jendela dan pintunya sehingga nyamuk tidak bisa masuk. Gunakan atau pasang juga kelambu pada tempat tidur anda. Jika memungkinkan, semprot kelambu dengan permethrin (nama merek:elimite). Permethrin adalah obat semprot yang berfungsi mengusir atau menolak nyamuk. Sepanjang malam, pakailah celana berwarna terang dan kemeja baju lengan panjang. Adalah penting untuk melindungi diri anda dengan sebuah obat semprot penolak hama khususnya nyamuk yang berisi bahan kimia yang disebut dengan DEET kurang dari 35%. Hindari keluar rumah malam hari tanpa menggunakan pelindung, dimana pada malam hari nyamuk-nyamuk biasanya bersifat lebih aktif dan berpotensi tinggi terjadinya gigitan. Obat-obatan medis juga tersedia untuk membantu mencegah malaria.
Apa obat-obat medis yang dapat anda gunakan untuk mencegah malaria
Jika anda merencanakan perjalanan ke negara dimana kasus malaria sering terjadi, anda mungkin akan memerlukan obat yang dapat menjaga anda dari penularan atau terserang malaria. Obat malaria ini disebut dengan obat prophylactic. Yang perlu anda ingat, meskipun ada obat yang dapat membantu anda mencegah penularan atau terserang malaria, akan tetapi tidak ada obat yang dapat memberikan perlindungan 100% kepada anda dan anda sebaiknya tetap melakukan tindakan-tindakan pencegahan terhadap penyakit ini seprti yang telah disebutkan di atas.

Obat malaria prophylactic digunakan atau dikonsumsi pada beberapa hari atau satu minggu sebelum anda memulai bepergian atau melakukan perjalanan. Anda akan tetap mengkonsumsi obat ini selama dalam perjalanan dan setelah perjalanan selama 1-4 minggu, hal ini tergantung pada obat apa yang anda minum (dokter akan memberikan anda arahan dan cara penggunaannya). Adalah penting untuk tetap mengkonsumsi obat ini setelah perjalanan anda selesai, hal ini dikarenakan parasite malaria dapat tetap hidup dalam darah anda. Jika anda menghentikan penggunaan obat ini terlalu cepat, hal ini dapat memberikan kesempatan bagi parasit malaria untuk tumbuh dan membuat anda sakit, terserang malaria. Obat-obat malaria mempunyai beberapa efek samping, dan tidak semua orang dapat/boleh meminumnya. Dokter akan memberitahukan kepada anda obat yang manakah yang tepat untuk anda. Apa saja jenis obat yang anda konsumsi akan tergantung pada tempat tujuan dimana anda akan bepergian. Atovaquone atau proguanil (Malarone) dan Mefloquine (Lariam) adalah dua jenis obat yang dapat anda minum. Apabila anda tidak dapat atau tidak diperbolehkan meminum kedua jenis obat ini, dokter mungkin akan menyarankan anda untuk meminum doxycycline (Vibramycin). Obat ini membuat anda menjadi mudah terbakar sinar matahari, maka dari itu anda harus memakai topi, baju lengan panjang dan sunscreen protektor pada saat anda diluar rumah.
Pengobatan
Berdasarkan pemeriksaan, baik secara langsung dari keluhan yang timbul maupun lebih berfokus pada hasil laboratium maka dokter akan memberikan beberapa obat-obatan kepada penderita. Diantaranya adalah pemberian obat untuk menurunkan demam seperti paracetamol, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebagai upaya membantu kesembuhan. Sedangkan obat antimalaria biasanya yang dipakai adalah Chloroquine, karena harganya yang murah dan sampai saat ini terbukti efektif sebagai penyembuhan penyakit malaria di dunia. Namun ada beberapa penderita yang resisten dengan pemberian Chloroquine, maka beberapa dokter akan memberikan antimalaria lainnya seperti Artesunate-Sulfadoxine/pyrimethamine, Artesunate-amodiaquine, Artesunat-piperquine, Artemether-lumefantrine, dan Dihidroartemisinin-piperquine.


Wisudani Izza
E2A009104
mahasiswa fkm undip