Kamis, 11 November 2010

KEMATIAN IBU DAN BAYI

KEMATIAN IBU DAN BAYI
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia , "Sebuah kematian ibu didefinisikan sebagai kematian seorang wanita saat hamil atau dalam 42 hari pengakhiran kehamilan, terlepas dari durasi dan tempat kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau manajemen tetapi bukan dari atau insidental menyebabkan kebetulan ".
Penyebab utama

Penyebab utama kematian ibu adalah bakteri infeksi , varian hipertensi kehamilan termasuk pre-eklamsia dan sindrom HELLP , perdarahan kandungan , kehamilan ektopik , sepsis nifas (demam nifas), emboli cairan ketuban , pecah rahim dan komplikasi yang tidak aman atau tidak sehat aborsi . Lesser diketahui penyebab kematian ibu termasuk gagal ginjal , gagal jantung , dan hiperemesis gravidarum.
Sebagaimana dinyatakan oleh tahun 2005 Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan "Membuat Setiap Ibu dan Anak Count" mereka adalah: perdarahan berat / perdarahan (25%), infeksi (13%), aborsi tidak aman (13%), eklampsia (12%), tenaga kerja terhambat (8%), penyebab langsung lainnya (8%), dan penyebab tidak langsung (20%). Penyebab tidak langsung seperti malaria , anemia , HIV / AIDS dan penyakit kardiovaskuler , mempersulit kehamilan atau diperparah oleh itu.
Empat puluh lima persen kematian postpartum terjadi dalam waktu 24 jam. Lebih dari 90% kematian ibu terjadi di negara-negara berkembang. Sebagai perbandingan, kehamilan yang berhubungan dengan pembunuhan account selama 2 sampai 10 kematian per 100000 kelahiran hidup, mungkin jauh lebih tinggi karena tidak dilaporkan.
Di negara maju, yang umum penyebab kematian ibu adalah perdarahan kandungan , diikuti oleh deep vein thrombosis .
Faktor yang mempengaruhi kematian ibu
-Keluarga
-Bidan atau tenaga profesional
-Tenaga persalinan

Dari gambaran ketiga unsur ini, bidan walaupun dia profesional, keluarga walaupun dia kaya, dukun walaupun dia telah bermitra dan terlatih, kematian tetap akan terjadi, karena ketiga komponen atau unsur yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi diatas dalam posisi yang lemah pada pelayanan kesehatan maternal komunitas.

Faktor-faktor diluar dari ketiga komponen atau unsur tersebut sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan maternal (ibu hamil, persalinan dan nifas). Faktor-faktor inilah yang tidak berkembang (bukan tidak ada) di Polewali Mandar. Sehingga kematian ibu seperti yang saya sebutkan sebagai pola kematian ibu di Polewali Mandar yaitu pola dimana kematian ibu sering terjadi disekitar tenaga kesehatan dan Pola dimana kepedulian terhadap ibu hamil ketika mendekati persalinan tidak ditemukan, dan ini harusnya menjadi perhatian utama.


Kematian bayi

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-neonatal (setelah 27 hari).
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kematian Bayi

a. Faktor Ibu

1) Gizi saat hamil yang kurang Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau anak besar. Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dengan demikian, bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu agar ia lebih memperhatikan kesehatannya (Hidayati, 2009).

2) Usia ibu. Persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa.

Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.

3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

4) Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.

5) Penyakit menahun ibu a) Asma bronkiale: Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).

6) Gaya hidup Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin.

Wisudani Izza
E2A009104
mahasiswa fkm undip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar